Star for My Heart ~Part 2 (FanFic by Freelance)

Kembali dengan FanFiction, yang belum baca Part 1silakan klik ini dan jangan lupa buat Komen ya! karena Komen itu begitu sangat berarti, dan menyenangkan penulis dan yang ngepost ^^. Haram Jadi SR lohh!!

Langsung aja ya… Selamat Membaca ^^

Part 2

“Pagi Sohee!!!”

“Hei, kau terlambat hari ini.”

“Ya. Syukurlah jadwalnya ditunda satu jam,” jawabku dengan senyum cerah. “Majalah baru?”

“Ne, banyak info tentang Super Junior, kau suka mereka kan?”

“Sangat. Boleh aku lihat sebentar?”

“Silahkan.”

Aku membalik halaman demi halaman, sampai tiba di halaman yang memuat foto Super Junior. Mataku langsung terpaku pada satu sosok. Ya, ini dia. Senyum itu. Mirip sekali. Tapi bagaimana mungkin? Mungkin saja di luar sana ada banyak sekali senyum seperti dia. Tidak. Iya.

“Kau melamun? Ada apa?”

“Haha… Tidak… Hanya saja…” kata-kataku terpotong ketika seorang cowok datang mengagetkan kami berdua.

“Sohee!!!”

“Ne, kau?! Hee…” Belum sempat Sohee menyelesaikan kata-katanya cowok itu sudah menutup mulut Sohee.

“Ssst… Jangan keras-keras, nanti penyamaranku gagal,” bisik cowok itu, tapi tetap saja aku bisa mendengarnya. Dan sepertinya aku mengenalnya tapi tidak mungkin…

“Minah, perkenalkan ini kekasihku.”

“Benarkah? Aku tidak pernah bercerita kepadaku.”

“Aku hanya menunggu waktu yang tepat. Oppa ini sahabat baikku, Minah.”

“Annyeonghaseyo, Lee Minah imnida.”

“Annyeonghaseyo, Kim Heechul imnida.”

Hah?! Aku terkejut, hampir saja suaraku keluar tapi Sohee segera membungkam mulutku. “Jinja? Kau? Heechul Oppa?” tanyaku bingung.

“Minah nanti saja ceritanya, ya?” Sohee berkata dengan tatapan matanya yang memelas. Ya sudahlah aku tidak akan bertanya banyak.

“Oppa sedang apa di sini? Bersama siapa?”

“Kebetulan Oppa ada syuting di dekat kampusmu jadi Oppa mampir sebentar. Oppa sendiri disini, tapi Ryeowook-ssi menunggu di mobil. Oppa hanya ingin menyapamu.”

“Ne Oppa, gomawoyo.”

“Sepertinya Oppa tidak bisa lama-lama. Oppa pergi dulu. Nanti Oppa hubungi.”

“Annyeong Oppa, jaga diri dan jangan telat makan.”

“Ne.”

Aku cuma bisa bengong melihatnya. Ada apa ini sebenarnya? Bagaimana bisa? Kim Heechul member Super Junior berpacaran dengan Sohee sahabat baikku dan aku tidak tahu hal itu. Bagaimana bisa Sohee tidak bercerita padaku. Padahal dia tau aku fans berat Super Junior. Apakah Sohee takut aku jadi kaget mendengarnya? Ha… Sebenarnya aku ingin langsung memberondong Sohee dengan semua pertanyaan itu, tapi kami harus masuk kuliah.

Kuliah satu jam terasa lama sekali bagiku karena rasa penasaran. Selesai kuliah Sohee langsung menghampiriku.

“Kau mau ice cream? Aku yang traktir.”

“Terserah kau saja asal ceritakan semuanya secara detail.”

“Haha… Beres.”

Dua mangkok ice cream sudah tersaji di meja kami dan Sohee mulai menceritakan semuanya dari awal pertemuan mereka hingga sekarang mereka bisa pacaran. Aku benar-benar tidak menduga. Ya, kita tidak akan pernah tahu kepada siapa hati kita akan jatuh. Kapan kita akan bertemu orang yang membuat dunia seakan berhenti saat dia ada. Membuat jantung akan berdetak seribu kali lebih cepat saat melihat senyumnya. Membuat kita mampu tersenyum walau hanya mendengar dia mengucapkan “Selamat tidur”. Siapa yang tahu?

 ***

Shining Star! Like a little diamond, makes me love Naegen kkoomgyeolgateun dalkomhan misoro nal barabomyeo soksagyeojweo Hangsang hamkke halgeora till the end of time

Siapa yang menelepon sepagi ini? Minah mengambil ponselnya dan ternyata Sohee yang menelepon. Baru saja ia mengangkatnya, Sohee sudah berteriak.

“Minah kau baru bangun? Kenapa lama sekali baru diangkat? Kau tidak ada acara kan hari ini? Kau harus menemaniku memenui Heechul Oppa. Kau pasti mau kan?”

“Hya!!! Sohee, aku bahkan belum berkata apa-apa kau sudah berkicau. Kenapa kau tidak menemuinya sendiri saja?”

“Tidak bisa.”

“Kenapa?”

“Karena akan menemuinya di apartemennya.”

“Mwo… Benarkah? Aku mau asalkan aku bisa bertemu Kyuhyun Oppa.”

“Baiklah, tapi aku tidak bisa menjanjikan hal itu, kau tau kan mereka tinggal di apartemen yang berbeda.”

“Yaaaaah….”

“Sudahlah, cepat siap-siap, aku sudah di depan apartemenmu. Apa password-nya?”

“Cepat sekali. Password-nya Kyuhyun. Aku mau mandi dulu.”

Selama perjalanan menuju apartemennya, Sohee kembali bercerita banyak hal, sementara itu Minah hanya mendengarkan dengan malas. Dia sama sekali tidak bisa tenang saat ini. Dia berdoa semoga dia bisa bertemu dengan Kyuhyun Oppa.

“Kyuhyun Oppa, kumohon sekali ini saja aku ingin bertemu. Please,” doa Minah dalam hati.

“Kita sudah sampai. Kau melamun? Gaja!!!”

***

“Honey… Kau membawakanku sarapan? Wah senangnya.”

“Ne, Oppa sedang apa?”

“Oppa sedang main game dengan Kyuhyun sambil menunggumu tadi.”

“Hah?! Kyuhyun?!” teriakku dalam hati. Really? Ini mimpi kan?

“Wah… ada Sohee-ssi. Mianhae Sohee-ssi aku mau nyelesain main game dulu ya.”

“Ne, aku siapkan sarapan untuk kalian dulu ya,” Sohee menyenggolku yang sedari hanya diam. Tatapan usilnya keluar. Ottoke? Aku harus bagaimana?

“Kyuhyun-a… Kenalkan ini temannya Sohee.”

“Annyeonghaseyo, Lee Minah imnida,” ucapku dengan suara bergetar. Aku gugup sekali. Aku bahkan berpikir tidak akan bisa berbicara. Aku menatap Sohee memohon bantuan.

“Hya!!! Kyuhyun-a. Kau tidak membalas salam perkenalannya,” teriak Heechul Oppa.

“Mianhae… nanggung Hyung, nanti aku kalah. Lagipula dia juga pasti sudah mengenalku. Annyeong Minah. Manaseo bangapseumnida.”

“Ternyata Kyuhyun Oppa benar-benar game lover dan seorang evil magnae. Bagaimana bisa dia tidak menghiraukanku. Untunglah dia seorang namja yang aku suka. Kalau tidak, bisa-bisa aku sudah ilfeel,” batinku masih dengan perasaaan gugup tidak karuan.

Bagaimana tidak, seorang yang selama ini aku suka, yang sering muncul dalam mimpiku kini ada di depanku. Ini nyata kan? Tidak mimpikan? Hal ini jadi mengingatkanku pada kata-kata dari satu novel yang aku baca. “Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu.”

“Terimakasih Tuhan,” batinku.

“Kau mau main game bersamaku?” tanya Kyuhyun Oppa yang tiba-tiba mengagetkanku.

“Ne,” jawabku sekenanya. Oh Tuhan, tolonglah hambamu ini.

Satu jam berlalu, Kyuhyun Oppa dan Minah masih tenggelam dalam keasyikan mereka bermain game. Berkali-kali Sohee menyuruh mereka untuk sarapan tapi selalu ditolak, hingga mereka menyerah dan membiarkannya. Sohee dan Heechul tampak mengobrol sambil mengotak-atik laptopnya.

“Oppa aku menang!!!” teriak Minah.

“Aish! Bagaimana bisa? Aku baru sekali ini kalah.”

“Haha… Oppa harus mentraktirku makan,” celetukku asal. Tapi betapa terkejutnya aku ketika Kyuhyun Oppa menjawabnya.

“Baiklah, tapi lain waktu. Berikan aku nomor ponselmu.”

“Apa?!” tanyaku terkejut. “Buat apa Oppa?” lanjutku.

“Aku akan mengubungimu kalau aku akan mengajakmu makan? Bagaimana? Ayolah mana nomornya?”

“Ne Oppa,” sahutku senang sambil memberikan nomor ponselku. Ini mimpikan? Aku memegang kedua pipiku. Sepertinya ini nyata, aku bahkan dapat merasakan saat ini pasti pipiku sudah berubah jadi merah. Kulihat Sohee tertawa melihatku. Aku hanya menatapnya. Sohee… Gomawo.

***

Dreams come true.

Kuhempaskan tubuh di atas tempat tidur. Sedari tadi aku tidak bisa berhenti tersenyum. Senangnya…

Hmmm…

Rasanya seisi ruangan kamarku penuh dengan bunga yang bermekaran.

“Terima kasih Tuhan,” batinku.

Tunggulah saatnya ketika Tuhan memeluk mimpi-mimpi kita. Kita bahkan tidak menyadari waktunya. Mimpi dan kenyataan itu begitu dekat. Raihlah. Dia ada di sana.

***

Pagi yang cerah. Sinarnya mampu menyejukkan hati-hati yang gundah. Hangatnya mampu membangunkan jiwa-jiwa yang resah. Bagi Minah pagi ini pasti akan jauh lebih indah dari pagi-pagi sebelumnya. Ada cerita, mimpi dan cinta. Kalaupun ini hanya mimpi, dia enggan terbangun, tapi…

“Nuguseyo?” sahutku enggan sambil mengangkat telepon yang berdering.

“Hya!!! Minah-ssi. Kau baru bangun? Buruan siap-siap, aku akan mentraktirmu makan. Aku tunggu kau disini,” teriak suara di seberang sana. Pikiranku masih belum sadar.

“Ini siapa?”

“Minah-ssi!!! Jika dalam 30 menit kau tidak datang, maka kau tidak akan bertemu lagi denganmu. Cepatlah!!!”

“Kyuhyun Oppa?” tanyaku kaget. Benarkah? Aku mengumpulkan seluruh kesadaranku.

 “30 menit? Oppa dimana?” tanyaku lagi.

“Di seberang apartemenmu.”

“Hwaaa… Ne. Tunggu aku Oppa.”

Aku sangat senang, bahkan tidak mempedulikan kenyataan Oppa mengetahui alamatku darimana. Mungkin dari Sohee. “Abaikan saja,” batinku.

 

Cinta membuatmu menutup mata untuk hal-hal kecil? Benarkah itu?

 

Setelah Kyuhyun Oppa menutup teleponnya, aku pun bergegas mandi dan menyiapkan diri.

“Sepuluh menit tersisa. Semoga Oppa masih menungguku,” batinku.

Setengah berlari aku keluar dan menyeberang. Tapi dimana Oppa?

Tampak seorang namja melambaikan tangannya padaku. Ternyata pagi ini Oppa menyamar. Tentu saja, kalau tidak mungkin habislah Oppa dikejar-kejar penggemarnya.

“Kau kenapa lama sekali? Aku sudah kelaparan, jadi mianhae kalau aku makan duluan buburnya separuh. Ini aku memesankan bubur buatmu. Dijamin kau suka. Bubur disini enak loh.”

“Apa? Bubur?” batinku. Tidak. Tidak. Aku sangat tidak menyukai bubur. Aku bahkan rela tidak makan seharian jika menu makanannya bubur. Tapi kalau kali ini aku tidak memakannya, Oppa pasti kecewa. Aku harus berusaha keras memakannya. “Ayo Minah kamu bisa demi namja yang kamu suka!” semangatku dalam hati.

“Ada apa? Kau tidak suka?” tanya Kyuhyun Oppa ketika melihatku ragu-ragu menyuap sesendok bubur.

“Aniyo Oppa, enak kok,” jawabku sambil menggelengkan kepala. Sebenarnya rasanya enak tapi tetap saja aku tidak suka.

“Oppa mau lagi?” kataku sambil memberikan satu sendok kepadanya. Oppa membuka mulutnya dan aku menyuapinya. Seketika suhu badanku menjadi tidak karuan. Panas dingin rasanya.

Kami mengobrol sambil makan, setelah selesai Kyuhyun Oppa langsung pamit padaku. Dia sibuk sekali, Oppa sangat terburu-terburu karena kudengar berulang kali Leeteuk Oppa meneleponnya. Tapi Kyuhyun Oppa berjanji akan mentraktirku makan lagi. Benarkah? Wah… Aku senang sekali.

Kalian tahu? Adakah batas yang nyata antara suka dan cinta? Pernahkah kita tahu kepada siapa kita akan jatuh cinta? Bahkan sebelum otak kita mampu berpikir keras, hati kita sudah menentukan pilihannya. Sebelum kita bisa mengatur napas dan menenangkan detak jantung kita, hati kita sudah menyakinkannya. Adakah jaminan untuk itu semua? Mari kita lihat dalam rangkaian waktunya. Tapi sudah bisa kupastikan aku memilihnya untuk hati ini. Seorang yang mampu membuatku berada di antara mimpi dan realita. Seorang bintang untuk hatiku. Ya, itu dia.

Dengan berat hati saya akan menuliskan To Be Continue alias TBC.

FF by : Violetkecil

Pesen : JANGAN PERNAH JADI SR atau PEMBACA GELAP mending BACA TERANG-TERANGAN. Silent Reader Go Away. Buat yang udah Komen, Terimakasihhh banget tambah cinta deh saia ^^